Thursday, October 15, 2015

The Ied Day


Alhamdulillah, mudik tahun ini rasanya berbeda. Yap, saya tidak sendiri lagi, ada yang menemani saya saat di ruang tunggu bandara atau saat mengambil bagasi. Officialy married :D Setelah penantian yang lama sepertinya hihi.

Mudik tahun ini saya dan suami turun di semarang, kenapa? Karena kecerobohan saya yang tidak booking tiket pesawat lebih awal. Mengingat mudik itu masuk high season, jadi orang – orang sudah lebih dulu membeli tiket dan saya kehabisan untuk tujuan Solo maupun Jogja. Untungnya adik saya yang sedang menjalani internship masih di Salatiga, jadilah dia menjemput kami.




Dari Salatiga kami menuju ke Magelang untuk solat Ied disana, di tempat nenek. Karena perjalanan dari bandara hampir dekat dengan waktu berbuka puasa, kami memutuskan untuk berbuka puasa di Cimory  Semarang yang terletak di jalan Soekarno Hatta. Sayangnya, saya lupa untuk megambil foto buku menu dan makanan kami, secara sudah kepalaran.





Solat ied dilaksanakan di masjid kompleks perumahan rumah nenek. Sehabis solat ied kami sekeluarga besar ziarah makam kakek di tengah kota. Kemudian sorenya kami sekeluarga balik ke Klaten. Setelah bermalam sehari di Klaten, esoknya kami ke Madiun berlebaran di keluarga bapak. Di madiun kami sekeluarga menginap satu hari. Keesokannya kami kembali lagi ke Klaten, di perjalanan pulang kami mampir sebentar membeli es kelapa muda di sekitar taman wisata hutan di Ngawi.



Setelah kembali ke Jakarta, saya dan suami berkunjung ke keluarga suami. Trus niatnya maen ke Kedai Kita di Bogor. Namun apa daya karena ngantri  ya sudah, cukup numpang  foto aja :D 

Wednesday, October 7, 2015

Asap yang Mengabut




Sudah hampir 2 bulan asap menyelimuti berbagai daerah di Indonesia. Dan saya pun turut merasakan kabut asap tersebut. Satu minggu yang lalu tepatnya. Ketika saya dan suami bertemu di Pekanbaru. Sebelum memutuskan untuk berangkat ke Pekanbaru, saya memastikan bahwa penerbangan sudah dibuka di sana, namun setelah beberapa hari asap mereda, kabut asap mulai menebal lagi sampai sekarang. Alhamdulillah nya pesawat saya pesawat terakhir yang bisa mendarat di bandara SSK II, karena setelah itu jarak pandang di bandara menurun.
Wisata asap, kami menyebutnya. Karena memang ketika jalan jalan di Pekanbaru hawa yang nampak hanyalah asap yang menebal. Hari Sabtu kami pergi ke Kota Pelalawan, menjenguk saudara. Dan bebar saja, di sana kabut lebih tebal daripada di Pekanbaru.
Entah harus menyalahkan siapa? Para pengusaha yang mau untungnya saja? Pemerintah daerah? Pemerintah pusat? Atau Presiden? Korban sudah banyak berjatuhan, kejadian ISPA semakin tinggi, dikhawatirkan pada bayi dan balita dapat menyebabkan infeski saluran napas bawah yang jika tidak mendapatkan pertolongan segera bisa menimbulkan keadaan yang semakin parah. 

 
Seharusnya pemerintah punya POWER untuk menyelesaikan, namun entah mengapa saya merasa pemerintah sekarang kurang tegas dalam mengatasi kejadian ini. Dan mungkin banyak faktor yang mempengaruhi ketidaktegasan ini dan entah apa faktor – faktor tersebut? I do not really want to speculate. Yang pasti kita doakan pemerintah kita punya keberanian dan ketegasan untuk menanggulangi bencana ini. Setahun yang lalu penanggulanagan bisa lebih cepat, kenapa tahun ini tidak?
Semoga Allah membukakan jalan bagi semua pihak yang berupaya menanggulangi bencana ini dan semoga Allah mengampuni dosa dosa para pemimpin dan kita semua sebagai manusia yang suka khilaf dan banyak dosa.

Allahul musta’an.